Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wisata Alam Gumuk Watu dan Potensinya

coretanmun.blogspot.com | Gumuk Watu adalah sebuah bukit kecil di kaki gunung Manggar, sejak 2016 diusahakan untuk dijadikan tempat wisata oleh pemuda-pemuda kreatif Desa Dukuh Dempok Kecamatan Wuluhan. Ini adalah pengalaman pribadi bertandang ke tempat wisata yang disebut Geoedupark oleh pengurusnay. Sementara ini, Gumuk Watu memang sangat berpotensi. Meskipun sementara ini, berpotensi membuat saya emosi ketika pertama kali berkunjung ke tempat tersebut. Padahal gumuk watu adalah tempat bersejarah.



Baca Juga: Asal Usul Nama Gumuk Watu


Kunjungan pertama ini saya lakukan pada sabtu, 2 Januari 2021. Sempat salah pilih akses masuk. Seharusnya akses yang mudah adalah melalui jalan di samping sungai. Orang wuluhan menyebutnya Jembatan Kembar --bukan gladak kembar, itu lain lagi. Saya masuk melalui selatan. Dari arah Ambulu, setelah jembatan sebelum pasar Wuluhan, belok kanan. Jalannya rusak agak parah. Seandainya lewat jalan utara, jalannya jauh lebih baik dan jauh lebih dekat. 


Nah, sejak masuk melalui jalur selatan inilah, Gumuk Watu sangat berpotensi bagi saya. Berpotensi membuat emosi. Ketika  kaki gunung Manggar sudah mulai terlihat, saya menelepon teman yang mejadi salah satu pengelola dan perintisnya. Saat telepon itulah saya mulai menghujaninya dengan pertanyaan dan keluhan yang menyudutkan. Tapi dia sabar, dengan bahasa marketing yang jitu. 


Akhirnya, meskipun akses sangat sulit karena salah jalur, saya tetap melanjutkan perjalanan. Gumuk Watu memang berpotensi membuat saya penasaran. Bagaimana sih wujud aslinya. 


Setelah menunggu agak lama di persimpangan jalan, saya menunggu teman yang sekaligus menjadi pemandu wisata (ben tambah keren, kenek disebut: tour guide). Meskipun sudah saya protes dengan sangat keras, dia tetap menyusul ke lokasi wisata alam yang dibangun di atas tanah aset desa Dukuh Dempok tersebut. Ketika berjumpa, dia tetap sumringah, meskipun telah saya hujat melalui telepon beberapa saat seblumnya.


Perjalanan saya lanjutkan, kendaraan memang agak sulit berjalan karena di bantara sungai, sebelah kiri kanal irigasi yang lebih tinggi dari jalan, sebelah kanan adalah area persawahan, yang jauh lebih rendah dari jalan. Kiri gundukan tanah, kiri jurang. Tapi pemandangannya sangat bagus. Sejauh mata mamandang ke kiri adalah Gunung Manggar yang menghijau, kiri adalah hamparan sawah yang luas. Pemandangan yang keren. Jalannya cukup luas. Sangat cukup dilewati kendaraan roda empat. Meskipun masih ada beberapa bagian yang becek karena berupa jalan tanah dan musim hujan.


Dari kejauhan sudah tampak tulisan GUMUK WATU yang dibuat di atas bukit, sangat mencolok. Dengan beberapa bangunan gazebo di atas bukit dan di bawah bukit. Kelihatannya keren. Teman yang menjadi pemandu wisata menghentikan motornya di tepi jalan. Saya pikir dia sedang menunggu saya dan harus berbelok. Tapi dia justru menyuruh saya memarkin kendaraan di tepi jalan. Padahal lokasi wisata Gumuk Watu yang masih terlihat cukup jauh. 


Ternyata, di situlah memang saya harus memarkir kendaraan. Jalan ini cukup luas, buktinya masih bisa digunakan untuk putar balik kendaraan, saat pulang. Nah, saya turun dari kendaraan dan melewati jembatan bambu yang eksotis dengan berjalan kaki. Sungainya cukup lebar, airnya hampir memenuhi seluruh bantaran sungai. Dari atas jembatan bambu tersebut, sungai itu terlihat sangat eksotis. 


Setelah melewati jembatan bambu eksotis tersebut, saya saya berjalan kaki menuju lokasi Wisata Alam Gumuk Watu dengan membelah persawahan. Meskipun musim hujan jalannya tidak becek. Kanan kiri jalan ditanami tanaman bunga yang sudah berbunga. Warna warni cerah, ada merah, kuning, merah muda. 


Jalanan semakin eksostis dengan kupu-kupu yang beterbangan menghinggapi bunga-bunga tersebut. Banyak sekali kupu-kupu yang beterbangan. Warnanya variatif daripada warna bunga yang sudah beraneka. Kanan kiri jalan tersebut adalah persawahan yang kebetulan ditanami jagung, sudah dipanen. Tinggal tebon (pohon jagung) yang sudah mengering. Warna-warni bunga dan kupu-kupu yang beterbangan tersebut sangat kontras dengan persawahan yang berwarna coklat tebon kering.


Sampai di pintu masuk lokasi sudah ada nambor alias plang ucapan selamat datang di tempat wisata alam Gumuk Watu. Ada tiga gazebo yang representatif. Saya memilih duduk saja di gazebo terdekat. Saya duduk membelakangi persawahan, menghadap ke Gumuk Watu dengan latar belakang Gunung Manggar.  Keren memang tempatnya. Lebih keren lagi adalah para pengelolanya. Yang berjuang memanfaatkan bukit bebatuan menjadi tempat yang layak untuk dikunjungi.  Saya tidak naik ke gumuk-nya. Hanya duduk-duduk di gazebo itu, sambil mendengar gemericik air irigasi sawah. 


Di bagian utara gazebo ada kamar mandi dengan air di atas tandon yang bersih, di dalam bagian lahan yang ditanamai jambu kristal. Sayangnya sedang tidak berbuah. Jika ada buah yang masak, pengunjung boleh memetiknya. Keren. Lahan tanaman jambu kristal dipagari tanaman maja dengan buah sebesar telur dinosaurus bergelantungan. Pohon majanya tinggi-tinggi, rerata 3 meter. Dengan buah maja yang bergelantungan. 


Di area yang data, terdapat tanaman pisang, tanaman bunga, tanaman obat keluarga, tanaman sayur terong, sawi, kangkung, dan banyak jenis tanaman lain, dan tanaman ketela pohon. Juga masih ada beberapa tanaman hias yang baru bersemi. Terlihat masih dalam proses penataan. Tapi sudah terlihat sangat keren. Menurut teman yang berperan sebagai pemandu wisata tersebut, pengunjung boleh memetik tanaman sayur dan buah untuk dibawa pulang. 


Di tengah, ada pejodon, orang Dukuh Dempok menyebutnya pagupon dengan beberapa ekor burung merpati sebagai penghuninya. Pejodon itu dibuat agak tinggi, warna-warni. Bagian yang biasanya dihiasi kepala naga, justru dihiasi karakter kartun Doraemon. Merpatinya juga beterbangan, bebas. 


Di atas bukit, masih sedang dibangun satu lagi gazebo yang cukup besar. Di atas bukit yang berupa bebatuan terdapat tanama khas endemik Gumuk Watu, orang sekitar menyebutnya kembang susun walik --kalau tidak salah. Tanaman yang tumbuh dan berbunga hanya pada musim penghujan. Uniknya lagi, tanaman tersebut hanya dapat ditemukan di atas bukit, tidak di dataran di bawah bukit. Tanamannya beruas, bunganya kuning kehijauan bertumpuk. 


Seperti halnya di sepanjang jalan yang dipenuhi bunga dan kupu-kupu, di dalam area wisata dengan luas total lebih dari 3,5 hektar itu juga terdapat banyak sekali kupu-kupu yang beterbangan. Meskipun saya berkunjung tepat tengah hari, udara di sana sejuk, udaranya juga sangat segar. Sangat pas untuk kegiatan wisata alam.


Menurut teman yang rangkap jabatan sebagai pemandu wisata, Gumuk Watu telah menjadi tempat pilihan beberapa komunitas untuk berkegiatan. Ada yang mengadakan seminar, ada yang mengadakan pelatihan, ada yang mengadakan kegiatan reboisasi dan penghijauan, ada yang melakukan studi banding, bahkan dari pulau bali tentang pengelolaan potensi desa wisata. 


Bahkan berdasarkan informsi yang ada, Gumuk Watu adalah tempat batuan tertua di Jember. Gumuk Watu terbentuk dari kawah gunung. Memang, tepat berada di kaki Gunung Manggar, dan berbatasan langsung dengan hutan jati di lahan milik BUMN Perhutani. Karena berada di bukit, sunset dilihat dari sana terlihat sangat indah. Saya tidak bisa melihat senja di situ, karena berkunjung tengah hari. Tapi ditunjukkan foto jepretan senja. Keren sekali, dengan siluet burung yang sedang terbang. Ekostis sekali.


Benar-benar potensi yang besar, didukung oleh pengelola yang bergairah dan bersemangat. Bahkan yang bekerja sebagai tukang yang membuat gazebo juga memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Tak heran, meskipun belum resmi dibuka ada saja pengunjung yang datang. Baik sekadar jalan-jalan menikmati pemandangan dan panorama, maupun yang sengaja bercengkerama. 


Sebenarnya sangat ingin mengeksplorasi lebih renik tiap jengkal Gumuk Watu, tapi keinginan itu saya simpan. Ingin menjadi bagian dari perkembangan Gumuk Watu. Dengan demikian, saya memiliki potensi untuk berkunjung kembali ke situ. Toh, juga masih belum diwajibkan bayar tiket masuk. Ditambah lagi ketika berkunjung saya justru disuguhi salak yang sangat manis. Semanis senyum para pengelolanya. (mun)

1 komentar untuk "Wisata Alam Gumuk Watu dan Potensinya"

  1. Terimakasih sudah berkunjung. Ayo datang lg ke gumuk watu. 😀

    BalasHapus