TAKUT CORONA ATAU TAKUT ALLAH Lebih Pilih Mana?
Sebuah salinan dari cuitan Gus Prof. Nadirsyah Hosen. Gus @na_dirs di twitter pada 22 Maret 2020.
Berikut ini rangkaian cuitan Rois Syuriah PCI NU Australia-New Zeland ini:
***
Rangkaian tweet di atas adalah jawaban dengan logikan sederhana atas logika-logika yang tampak benar dalam menghadapi wabah corona yang sedang melanda di seluruh penjuru dunia. Termasuk di Indonesia yang dalam penanganannya juga dibenturkan dengan masalah keagamaan.
Berikut ini rangkaian cuitan Rois Syuriah PCI NU Australia-New Zeland ini:
TAKUT ALLAH
ATAU TAKUT CORONA
Oleh Gus
Nadirsyah Hosen (Twitter: @na_dirs)
Rois Syuriah
PCI NU Australia – New Zeland
“Kami tidak
takut pada Corona. Kami hanya takut pada Tuhan”
Benarkah?
Bagaimana kalau gini:
“Saya &
keluarga takut kena Corona sehingga tak lagi sempat beribadah padaMu & tak
bisa lagi bermanfaat utk sesama, padahal dosa kami menumpuk —tak tahu surga
atau neraka yg menunggu?”
---
“Di daerah
kami belum masuk zona merah, gak ada yg kena Corona, kenapa shalat Jumat
ditiadakan?”
Gimana kalau
logikanya gini:
“Selama
belum ada test massal yang hasilnya terbukti kampung anda aman, maka semua
orang dianggap berpotensi membawa virus corona meski terlihat sehat?”
---
“Kenapa
masjid ditutup, padahal mall /warung tetap buka?”
Benarkah?
Bagaimana kalau gini?
“Masjid
ditutup, kita masih bisa ibadah di rumah. Jumatan diganti zuhur itu ada
tuntunan syar’inya. Tapi kalau mall/warung ditutup, apa opsi lain utk memenuhi
kebutuhan primer sehari2?”
---
“Lebih baik
saya mati saat shalat di Masjid, daripada mati takut kena Corona”
Benarkah?
Bagaimana kalau gini?
“Corona itu
gak bikin kamu mati seketika. Ada proses inkubasi 14 hari. Kamu mgk
ketularannya di Masjid, terus dirawat di RS, dan matinya di kasur. Ini bukan
jihad lho!”
---
“Bukannya
mati itu sudah ketentuan Allah. Kita semua pasti mati. Kenapa takut Corona?”
Benarkah?
Bagaimana kalau gini?
“Mati sudah
pasti. Tapi penyebab & caranya kita gak tahu. Kalau kena Corona, kamu malah
berpotensi mati dan menulari keluarga & kawanmu utk mati juga. Mau?”
---
“Solusi
menghadapi Corona itu penegakkan khilafah”
Benarkah?
“Jaman
Khalifah Umar ada wabah Amawas yg bermula dari Palestina terus ke Syam &
menyebar ke area lain. Sekitar 30 ribu orang wafat termasuk sejumlah nama besar
Sahabat Nabi Saw. Jadi, memang solusinya bukan khilafah”
***
Rangkaian tweet di atas adalah jawaban dengan logikan sederhana atas logika-logika yang tampak benar dalam menghadapi wabah corona yang sedang melanda di seluruh penjuru dunia. Termasuk di Indonesia yang dalam penanganannya juga dibenturkan dengan masalah keagamaan.
Posting Komentar untuk "TAKUT CORONA ATAU TAKUT ALLAH Lebih Pilih Mana?"