Berangkat Operasi Sectio Caesarea di RSU Kaliwates Naik Motor
Pengalaman Menjelang Operasi Caesar di RSU Kaliwates Jember
Ini adalah pengalaman menemani istri untuk proses melahirkan dengan cara SC. Istilah SC saya ketahui ketika menemani istri konsultasi dengan bidan Ima. Sedikit cerita tentang Bidan Ima bisa dibaca DI SINI.
Singkat cerita, istri saya harus melahirkan dengan metode SC, yang oleh masyarakat awam, oleh saya sendiri saya sebut Operasi Sesar. Tidak bisa lahir normal karena posisi bayi yang sungsang.
Awalnya istri saya periksa ke dr. Fahmi, Sp.OG. Sejak belum hamil malah, sejak Perjuangan Program Hamil. Tapi, karena dr. Fahmi naik umroh di sekitar kelahiran, maka harus pindah dokter. Disarankan ke dokter Yonas. Praktinya di RSUD dr. Soebandi, RSU Kaliwates, dan RS Jember Klinik.
Sudah hendak periksa ke RS Jember Klinik, tapi karena jadwal daftarnya tidak fleksibel, akhirnya gagal. Jadinya daftar untuk periksa ke dr. Yonas di RSU Kaliwates. Oleh dr. Yonas, disarankan untuk mempercepat kelahiran melalui SC, Sectio Caesarea alias Operasi Caesar. Awalnya dijadwalkan hari rabu, sesuai hari praktik pak dokter.
Seminggu kemudian, periksa hari Senin. Pada hari Jumat sebelumnya sudah merasakan nyeri di perut. Akhirnya, saat diperiksa oleh dr. Yonas, kami (saya dan istri) tidak lagi menunggu hari Rabu.
"Kalau bisa sekarang, sekarang saja, dok." Begitu pinta saya.
Disarankan, untuk langsung bermalam di RSU Kaliwates, malam itu juga. 27 Mei 2019. Diberi rujukan oleh dr. Yonas. Malam itu juga.
Setelah keluar dari gedung Specialis Center RSU Kaliwates, kami berjalan beriringan menuju Ruang UGD, yang terpisah oleh jalan aspal.
Sambil berjalan itu, saya berkata pada istri, "saiki sik mlaku-mlaku. Sisuk wes operasi. Langsung nginep."
Awalnya merasa aneh saja. Besok mau operasi masih jalan sendiri ke UGD. Senyum-senyum. Sempat juga bercanda. Kalau jadi bermalam, saya tinggal sendirian. Saya pulang ambil seperangkat alat lahiran, yang memang sudah disiapkan di rumah. Insiden berjalan menuju ruang UGD RSU Kaliwates ini berlangsung sekitar pukul 21.00 WIB.
Sesampai di Ruang UGD, langsung diterima oleh mbak-mbak dan mas-mas perawat dan dokter jaga. Disuruh nunggu di ranjang observasi. Nunggu bidan datang.
Bidan datang, diobservasi. Takut gawat darurat. Tapi tidak. Tidak bukaan, tidak kontraksi. Saya malah bercanda dengan istri. Ini tidak kontraksi, tapi maunya jadi kontraktor.
Ternyata, bidan bawa kabar bahwa kamar penuh. Ya sudah, disarankan ke RSUD dr. Soebandi. Istri menolak. Sekalian saja saya katakan, "ditunggu saja, Bu. Kalau ada besok ya besok. Kalau ada lusa, ya lusa. Pokoknya di sini." Enaknya melahirkan yang bisa dijadwalkan.
Setelah bidan konsultasi dengan dokter, malam itu disarankan untuk pulang. Kembali besok pagi-pagi sekali. Dijadwalkan operasi jam 2 sore keesokan harinya.
Sudah hampir jam sepuluh malam, disuruh pulang. Ya sudah, pulang dulu. Tapi mampir sebentar, di samping patung dr. Soebandi dan Moch. Sroedji, di jalan Hayam Wuruk. Makan nasi goreng. Buka puasa jilid 2.
Besok paginya, setelah makan sahur saya tidak bisa leyeh-leyeh. Istri sahurnya jam 4, setelah salat subuh. Sahur untuk puasa menjelang operasi. Bukan sahurnya puasa ramadan. Setelah sahur dan mandi, kami siap berangkat. Kembali naik motor.
Beda dengan malam sebelumnya, istri bawa tas kecil, saya hanya bawa tas selempang kecil. Pagi ini bawa dua tas jinjing besar, tas selempang saya, tas ransel istri kecil, tas ransel saya yang super besar. Yang biasanya dibawa teman-teman camping.
Ditata sedemikian hingga, seandainya di jalan. Dandanan kami mirip orang yang sedang perjalanan mudik. Tas sudah ditata di bagian depan motor matic, istri sudah naik. Ada Mak Yun datang.
Mak Yun ini tetangga serasa saudara. Sejak saya kecil sudah dimomong oleh beliau. Sepertinya Mak Yun sudah curiga, sering memantau kapan istri saya melahirkan. Pagi itu, masih belum pukul 5, hari masih agak gelap. Beliau sudah ada di depan rumah.
"Entarra dimmah?" beliau bertanya. Sehari-hari memang beliau bertutur dalam Bahasa Madura. Bahasa Jawanya sangat kasar, kaku dan cenderung tidak bisa. Meskipun dapat memahami.
Saya jawab saja, mau periksakan istri. Beliau tidak percaya. "Mak ngaggui klambi jubek? Arembik'ah?" desaknya. Awalnya saya masih mengelak. Tapi akhirnya ibu saya yang mengaku. Mau melahirkan. Sekalian saja, saya minta doa. Agar diberi kelancaran.
Berangkatlah, dengan kecepatan yang tidak cepat. Naik motor dengan santai. Jalanana masih sepi. Belum musim mudik, belum banyak yang berangkat sekolah ataupun kerja. Masih pagi. Sambil bercengkrama dengan istri. Pulangnya nanti sudah tidak bisa naik motor.
Lampu merah, pun masih belum merah. Masih berkedip kuning. Tanpa ber
henti, tapi semua hati-hati. Sampai di tempat parkir RSU Kaliwates, Pak Parkir-nya juga masih kriyep-kriyep. Belum ada keluar masuk kendaraan.
Waktu itu sepertinya ada dua motor yang datang. Dari tempat parkir, kembali jalan kaki menuju UGD, jaraknya dekat. Tak lebih dari 100 meter. Di depan gedung UGD RSU Kaliwates, istri sempat berhenti. Foto dulu. Karena sebentar lagi bayinya keluar.
Sambil meanggul tas ransel yang ukurannya mirip carier, ditambah udara pagi masih sejuk. Juga masih diselimuti embun meski tidak pekat. Kalau kalian tahu, halaman depan UGD RSU Kaliwates ada taman yang juga banyak pohon pinus tinggi besar.
Dengan ransel sebesar itu, udara sejuk, pinus, saya serasa hendak mendaki gunung. Foto-foto lagi.
Masuk UGD, disambut orang yang sama dengan yang piket semalam. Jadi masih tahu. Saya diminta mendaftar rawat inap. Petugasnya cekatan. Tapi kebetulan petugas catatnya masih terlelap. Sepertinya cuci muka dulu. Maklum masih pagi.
Setelah diperiksa tahap awal, istri diantarkan menggunakan kursi beroda. Menuju insiden tanggal 28 Mei 2019 untuk dieksekusi....
Ini adalah pengalaman menemani istri untuk proses melahirkan dengan cara SC. Istilah SC saya ketahui ketika menemani istri konsultasi dengan bidan Ima. Sedikit cerita tentang Bidan Ima bisa dibaca DI SINI.
Singkat cerita, istri saya harus melahirkan dengan metode SC, yang oleh masyarakat awam, oleh saya sendiri saya sebut Operasi Sesar. Tidak bisa lahir normal karena posisi bayi yang sungsang.
Awalnya istri saya periksa ke dr. Fahmi, Sp.OG. Sejak belum hamil malah, sejak Perjuangan Program Hamil. Tapi, karena dr. Fahmi naik umroh di sekitar kelahiran, maka harus pindah dokter. Disarankan ke dokter Yonas. Praktinya di RSUD dr. Soebandi, RSU Kaliwates, dan RS Jember Klinik.
Sudah hendak periksa ke RS Jember Klinik, tapi karena jadwal daftarnya tidak fleksibel, akhirnya gagal. Jadinya daftar untuk periksa ke dr. Yonas di RSU Kaliwates. Oleh dr. Yonas, disarankan untuk mempercepat kelahiran melalui SC, Sectio Caesarea alias Operasi Caesar. Awalnya dijadwalkan hari rabu, sesuai hari praktik pak dokter.
Seminggu kemudian, periksa hari Senin. Pada hari Jumat sebelumnya sudah merasakan nyeri di perut. Akhirnya, saat diperiksa oleh dr. Yonas, kami (saya dan istri) tidak lagi menunggu hari Rabu.
"Kalau bisa sekarang, sekarang saja, dok." Begitu pinta saya.
Disarankan, untuk langsung bermalam di RSU Kaliwates, malam itu juga. 27 Mei 2019. Diberi rujukan oleh dr. Yonas. Malam itu juga.
Setelah keluar dari gedung Specialis Center RSU Kaliwates, kami berjalan beriringan menuju Ruang UGD, yang terpisah oleh jalan aspal.
Sambil berjalan itu, saya berkata pada istri, "saiki sik mlaku-mlaku. Sisuk wes operasi. Langsung nginep."
Awalnya merasa aneh saja. Besok mau operasi masih jalan sendiri ke UGD. Senyum-senyum. Sempat juga bercanda. Kalau jadi bermalam, saya tinggal sendirian. Saya pulang ambil seperangkat alat lahiran, yang memang sudah disiapkan di rumah. Insiden berjalan menuju ruang UGD RSU Kaliwates ini berlangsung sekitar pukul 21.00 WIB.
Sesampai di Ruang UGD, langsung diterima oleh mbak-mbak dan mas-mas perawat dan dokter jaga. Disuruh nunggu di ranjang observasi. Nunggu bidan datang.
Bidan datang, diobservasi. Takut gawat darurat. Tapi tidak. Tidak bukaan, tidak kontraksi. Saya malah bercanda dengan istri. Ini tidak kontraksi, tapi maunya jadi kontraktor.
Ternyata, bidan bawa kabar bahwa kamar penuh. Ya sudah, disarankan ke RSUD dr. Soebandi. Istri menolak. Sekalian saja saya katakan, "ditunggu saja, Bu. Kalau ada besok ya besok. Kalau ada lusa, ya lusa. Pokoknya di sini." Enaknya melahirkan yang bisa dijadwalkan.
Setelah bidan konsultasi dengan dokter, malam itu disarankan untuk pulang. Kembali besok pagi-pagi sekali. Dijadwalkan operasi jam 2 sore keesokan harinya.
Sudah hampir jam sepuluh malam, disuruh pulang. Ya sudah, pulang dulu. Tapi mampir sebentar, di samping patung dr. Soebandi dan Moch. Sroedji, di jalan Hayam Wuruk. Makan nasi goreng. Buka puasa jilid 2.
Besok paginya, setelah makan sahur saya tidak bisa leyeh-leyeh. Istri sahurnya jam 4, setelah salat subuh. Sahur untuk puasa menjelang operasi. Bukan sahurnya puasa ramadan. Setelah sahur dan mandi, kami siap berangkat. Kembali naik motor.
Beda dengan malam sebelumnya, istri bawa tas kecil, saya hanya bawa tas selempang kecil. Pagi ini bawa dua tas jinjing besar, tas selempang saya, tas ransel istri kecil, tas ransel saya yang super besar. Yang biasanya dibawa teman-teman camping.
Ditata sedemikian hingga, seandainya di jalan. Dandanan kami mirip orang yang sedang perjalanan mudik. Tas sudah ditata di bagian depan motor matic, istri sudah naik. Ada Mak Yun datang.
Mak Yun ini tetangga serasa saudara. Sejak saya kecil sudah dimomong oleh beliau. Sepertinya Mak Yun sudah curiga, sering memantau kapan istri saya melahirkan. Pagi itu, masih belum pukul 5, hari masih agak gelap. Beliau sudah ada di depan rumah.
"Entarra dimmah?" beliau bertanya. Sehari-hari memang beliau bertutur dalam Bahasa Madura. Bahasa Jawanya sangat kasar, kaku dan cenderung tidak bisa. Meskipun dapat memahami.
Saya jawab saja, mau periksakan istri. Beliau tidak percaya. "Mak ngaggui klambi jubek? Arembik'ah?" desaknya. Awalnya saya masih mengelak. Tapi akhirnya ibu saya yang mengaku. Mau melahirkan. Sekalian saja, saya minta doa. Agar diberi kelancaran.
Berangkatlah, dengan kecepatan yang tidak cepat. Naik motor dengan santai. Jalanana masih sepi. Belum musim mudik, belum banyak yang berangkat sekolah ataupun kerja. Masih pagi. Sambil bercengkrama dengan istri. Pulangnya nanti sudah tidak bisa naik motor.
Lampu merah, pun masih belum merah. Masih berkedip kuning. Tanpa ber
henti, tapi semua hati-hati. Sampai di tempat parkir RSU Kaliwates, Pak Parkir-nya juga masih kriyep-kriyep. Belum ada keluar masuk kendaraan.
Waktu itu sepertinya ada dua motor yang datang. Dari tempat parkir, kembali jalan kaki menuju UGD, jaraknya dekat. Tak lebih dari 100 meter. Di depan gedung UGD RSU Kaliwates, istri sempat berhenti. Foto dulu. Karena sebentar lagi bayinya keluar.
![]() |
| Beberapa Saat Sebelum Masuk UGD RSU Kaliwates - Masih Senyum :) |
Dengan ransel sebesar itu, udara sejuk, pinus, saya serasa hendak mendaki gunung. Foto-foto lagi.
Masuk UGD, disambut orang yang sama dengan yang piket semalam. Jadi masih tahu. Saya diminta mendaftar rawat inap. Petugasnya cekatan. Tapi kebetulan petugas catatnya masih terlelap. Sepertinya cuci muka dulu. Maklum masih pagi.
Setelah diperiksa tahap awal, istri diantarkan menggunakan kursi beroda. Menuju insiden tanggal 28 Mei 2019 untuk dieksekusi....

Posting Komentar untuk "Berangkat Operasi Sectio Caesarea di RSU Kaliwates Naik Motor"