Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengapa Buah Identik dengan Muludan (Peringatan Maulid Nabi Muhammad)

Peringatan Maulid Nabi Muhammad identik dengan buah. Buah acapkali menjadi suguhan saat peringatan maulid Nabi. Acara yang di sekitar rumah saya dilafalkan [mulutan]. Tentu berasal dari kata Maulud-an. Muludan. Mulutan. 

Buah menjadi  suguhan yang selalu ada. Banyak jenis buah. Buah terbaik. Jadi berkatan. Dengan berbagai macam bentuk penyajian. 

Ada buah yang disuguhkan sebagaimana berkat biasanya, dibungkus semacam parsel. ada yang menjadi bagian berkat takiran. Ada pula yang dibentuk dengan berbagai macam hiasan. Bahkan tidak sedikit dalam acara Muludan buah dibentuk sedemikian rupa, ditempelkan ke gedebok pisang. Membentuk gunungan. Dan berbagai macam cara. 

Sepertinya belum ada pendapat dan penelitian yang mendalam mengapa acara muludan identik dengan buah-buahan. Setiap perayaan maulid Nabi Muhammad, buah selalu menjadi suguhan. Khususnya di Jawa Timur. Entah wilayah lain di Indonesia. Atau bahkan mungkin tidak merayakan Maulid, karena dianggap "Bidengah". 

Yang jelas, melihat status WA dari teman yang ada di Pulau Kalimantan, berbunyi: "Kangen suasana Muludan di Jawa. Pasti banyak buah." Mungkin di sana tidak identik dengan buah saat mauludan ya?

Dari beberapa berita yang terbit menjelang peringatan maulid Nabi Muhammad tahun 1443 H. Ini, yang bertepatan dengan 18 Oktober 2021, berita kenaikan harga buah terjadi di wilayah Jawa Timur. 

Berdasarkan berita yang diturunkan NU Online, buah identik dengan perayaan maulid sudah sejak lama. Bahkan dari dua generasi sebelumnya. 

Jadi, sudah ada peringatan maulid Nabi yang identik dengan buah-buahan sejak zaman Belanda. 

Saya jadi ingat, cerita bapak. Dulu ketika bapak saya masih kecil. Nenek pernah membeli nanas, sebuah. Untuk persiapan mauludan. Bapak yang ketika masih kecil tidak pernah makan nanas, tentu sangat penasaran. Bapak merengek. Ingin tahu rasanya nanas bagaimana. Dikeratkanlah sedikit. 

Kata bapak saya, nanas yang diberikan nenek itu sama sekali tidak enak. Tapi sambil cerita itu, bapak berkata, "kate enak teko ndi, wong diirisne kulite karo mbah Rumani.". Ya. Yang diberikan pada bapak adalah kulit nanas. Dimakan. Tidak enak sama sekali. 

Setelah besar, di "bon ngetek" -sebutan orang zaman dulu untuk wilayah kebun yang sekarang menjadi taman agrowisata Pusat Penelitian Kopi dan Kakao- ditanami nanas oleh Belanda setelah agresi militer (sekitar tahun 1949-1950) baru bapak tahu rasanya nanas. Mencuri dari perkebunan yang dikuasai Belanda tersebut. 

Hal itu menunjukkan, betapa "istimewanya" Maulid Nabi Muhammad. Peringatannya harus disuguhi dengan buah terbaik. Bahkan yang tidak pernah dimakan sebelumnya. 

Jadi, misalnya ada pendapat yang mengatakan bahwa buah sebagai suguhan berkat yang identik dengan maulid sebagai bentuk 'sedekah bumi'. Sedekah berdasarkan hasil panen. Tidak tepat juga. Buktinya nenek saya --Mbah Rumani-- dulu memaksakan diri beli nanas. Yang bukan hasil pertanian di kampung kami. 

Mungkin, --ini sebatas mungkin-- buah menjadi pilihan suguhan dan berkatan saat peringatan maulid nabi karena sebagai bentuk penghormatan. Karena pernah saya dengar pamali --tempe gak oleh digae selametan mulutan -- tempe tidak baik digunakan sebagai lauk saat selamatan Mauludan. Alasannya, tempe --dulu-- prosesnya diinjak-ijak. Lain dengan sekarang yang kedelainya digiling. Cara membuat yang melalui proses diinjak, sudah tidak boleh digunakan untuk selamatan kelahiran Nabi Muhammad Saw. 

Nah, buah menjadi salah satu bentuk penghormatan itu. Buah yang digunakan adalah buah yang tumbuh di atas. Bukan buah yang umbi. Sejauh pengetahuan saya yang dekat -- ketela pohon maupun ketela rambat atau bengkoang, tidak identik dengan Mauludan. 

Sementara bentuknya yang beraneka macam, juga ada kalanya dihiasi bendera-bendera itu adalah wujud kesukacitaan, dan kebahagiaan, atas kelahiran Cahaya Semesta Alam. 

Adapun hiasan buahbyang ditempel-tempelkan membentuk kerucut, gunungan, atau digantung-gantung pada pohon pisang,mungkin terpengaruh pada tradisi sekatenan. 

Buah apa yang menjadi berkatan mauludanmu tahun ini? Buah tropis, buah lokal, atau buah impor? Atau justru hanya buah bibir?

Posting Komentar untuk "Mengapa Buah Identik dengan Muludan (Peringatan Maulid Nabi Muhammad) "