Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ulang Tahun dan Hari Kelahiran

coretanmun.blogspot.com - Ulang Tahun adalah sebuah istilah dalam Bahasa Indonesia yang berpadanan dengan birthday dalam Bahasa Inggris, yaitu sebuah tanggal yang sama di bulan yang sama, yang menandai pertambahan usia kelipatan satu tahun.


Meskipun istilah yang dipakai dalam bahasa Indonesia adalah ulang tahun pada dasarnya tahunya tidak pernah terulang, hanya tanggal dan bulannnya saja yang sama. Harinya bisa jadi tidak sama. Pun begitu istilah dalam bahasa Melayu. Istilah yang digunakan adalah hari lahir. Padahal harinya juga berbeda. Mengenai istilah ulang tahun, dapat dibaca dalam artikel: Kata-kata Ulang Tahun dalam Bahasa Indonesia

Tumpeng Ulang Tahun Sederhana


Berbagai macam referensi, menjelaskan bahwa perayaan ulang tahun tertua yang dapat diketahui adalah ulang tahun Fir'aun. Tentu Fir'aun yang mana masih tidak jelas. Hanya saja dijelaskan bahwa penanda ulang tahun Fir'aun bukan terhitung sejak kelahirannya, melainkan sejak penobatannya sebagai Fir'aun yang sekaligus didewakan. 


Pada masing-masing kebudayaan tua yang sudah tercatat, juga pada literasi agama-agama di dunia, Ulang Tahun menjadi sebuah perdebatan. Dalam masing-masing agama, ada saja yang membolehkan perayaan ulang tahun, ada pula yang melarangnya. Karena dianggap bahwa itu perbuatan hedon unfaedah. 


Tidak hanya -sebagian- orang Islam yang melarang dan anti perayaan ulang tahun, agama-agama samawi lainnya pun ada yang menolaknya. Perayaan ulang tahun bukan bagian dari --bahkan dilarang oleh-- agama. 


Terlepas dari penolakan, masing-masing agama juga ada yang menyetujuinya. Misalnya dalam agama kristen, ada yang merayakan Hari Natal ada pula yang tidak, karena menganggap bahwa itu tidak diajarkan dalam Alkitab. Begitu juga dengan umat islam, sebagian ada yang menentang perayaan Maulid Nabi (dalam istilah kita, maulid Nabi bisa diartikan sebagai hari ulang Tahun Nabi) yang berdasarkan kalender hijriyah.  Sementara sebagian lain sangat antusias memperingati hari ulang tahun Nabi Muhammad dalam berbagai macam kegiatan dan perayaan.


Jadi, sebenarnya perayaan ulang tahun itu boleh apa tidak? Tentu bukan kapasitas penulis dalam blog ini untuk menjawab keterbolehan atau keterlarangan hal tersebut. Cukup ditelaah bersama-sama saja. 


Misalnya dalam tradisi Jawa, penanda hari kelahiran tidak menggunakan tanggal dan bulan. Misalnya, saya pribadi. Tidak pernah tahu dan hingga saat ini masih belum mencari tahu, saya lahir tanggal berapa hijriyah --yang sama dengan kalender Jawa.  Tapi saya ingat betul bahwa saya dilahirkan pada hari setu paing (sabtu pahing). Orang tua -meskipun tidak selalu- acap kali memperingati hari kelahiran saya, dengan cara bersedekah di hari sabtu pahing. Mengingat bahwa ini adalah hari kelahiran --istilah ulang tahun memang tidak pas digunakan dalam peringatan kelahiran berdsarkan weton. Alangkah baiknya jika bersedekah. Meskipun sedekah yang dilakukan tidak hanya di hari sabtu pahing, tapi juga di hari-hari lainnya.


Penanda hari kelahiran, baik berdasarkan weton maupun tanggal kelahiran -baik masehi maupaun hijriyah- pada dasarnya adalah momentum untuk refleksi dan introspeksi diri. Oh saya sudah tua, oh usia sudah bertambah, apa yang sudah dilakukan, apa yang akan dilakukan. 


Kalau ingin refleksi diri yang lebih sering dalam setahun bisa dilakukan berkali kali, pertama bisa peringatan hari lahir berdasarkan weton bisa dilakukan setiap 40-an hari sekali. Kedua, peringatan hari kelahiran berdasarkan penghitungan kalender hijriyah. Ketiga, peringatan hari kelahiran berdasarkan penghitungan kalender masehi. Denga begitu bisa sering-sering merenung untuk memperbaiki diri.


Tapi meniru kebiasaan buruk memang tidak baik. Jika itu bertentangan dengan ajaran agama -saya kira ajaran agama apapun-- pasti juga tidak baik. Misalnya merayakan ulang tahun dengan menggelar pesta dengan mengonsumsi barang yang tidak diperbolehkan oleh agama, tentu itu tidak baik.


Lalu, bagaimana dengan meniup lilin? Bukankah itu adalah bagian dari budaya barat? Ya kalau berdoanya pada lilin tentu tidak boleh. Kalau saja lilin dibuat mainan dan hanya sebatas rutinitas mengapa harus dilarang? Meskipun saya pribadi tidak pernah mengadakan acara tiup lilin. Ultah saja gak pernah merayakan. 


Lalu, bagaiman dengan tumpeng? Tumpeng, sama halnya dengan kue tart berlilin, pada dasarnya adalah bagian dari kebudayaan. Jika kue tart berasal dari kebudayaan barat, tumpeng adalah bagian dari budaya nusantara. Makanan dengan menu utama adalah nasi yang ditatan mengerucut dengan segala macam lauk-pauk yang ditata dengan menarik dan apik. Tidak dapat dianggap sebagai hal yang bertentangan dengan agama. Selama bahan makanan tidak mengandung barang haram dan didapatkan dengan cara yang halal pula. 


Tumpeng adalah bagian dari budaya dan menghias makanan adalah bagian dari budaya seluruh bangsa di dunia. Bukankah makanan ditata memang supaya menarik orang untuk memakannya. Lapis dibuat warna-warni agar menarik? mie ayam yang dihias dengan toping yang menarik, sepertinya semua makanan disajikan dalam bentuk yang menarik. Tentu ini bukan hal yang salah. 


Nah, dalam perayaan ulang tahun atau hari kelahiran, bukankah semua hal dihias agar terlihat indah? Termasuk makanannya. Apakah ini salah? ya entahlah. Saya tidak berani menyalahkan ataupun membenarkannya.


Beruntunglah kita, penduduk Indonesia dengan berbagai macam kebudayaannya. Yang hendak merayakan ulang tahun atau hari kelahiran bisa memilih hendak merayakan sesuai keingan, hari lahir, weton, tahun hijriyah, tahun masehi, semuanya masih digunakan di sini. Bahkan hendak tidak merayakan juga bebas, asal tidak melarang-larang orang yang merayakan selagi tidak melanggar hak orang lain dan hukum yang ada. Bebas mau pilih tanggal yang mana. 


Bayangkan kalau kalian lahir pada tanggal 8 Juli atau 17 Desember, dan tinggal di Korea Utara kalian tidak bisa merayakan hari ulang tahun. Dua tanggal tersebut adalah hari berduka, karena merupakan hari kematian pemimpin Korea, Kim Il-Sung dan Kim Jong il. Keduanya adalah Kakek dan Ayah dari pemimpin tertinggi Korea Utara saat ini, Kim Jong-Un. Sudah tidak ada weton, tidak ada kalender hijriyah, masih tidak boleh merayakan ulang tahun. Apes kan orang-orang korut yang lahir pada tanggal tersebut. Kebanyakan orang yang hendak merayakan ulang tahun, menggeser harinya menjadi 9 Juli dan 17 Desember. 


Sementara, di Indonesia dan di seluruh dunia, ada orang yang tidak bisa --jikapun ingin-- merayakan ulang tahun yang jatuh pada tanggal 29 Februari. Perayaan ulang tahunnya hanya bisa dilakukan empat tahun sekali. Karena lahir di tahun kabisat dan spesial. Orang-orang seperti ini pasti beruntung, karena bisa menghindari todongan teman-temannya: "Kamu kan ultah, mana traktirannya?". Bukannya diberi hadiah, malah dipalak. Itulah asyiknya Indonesia. 


Akhirnya, saya ucapkan selamat ulang tahun, bagi yang merayakan pada hari ini, atau saat membaca tulisan ini. Kata Jamrud: Semoga Tuhan memberi umur panjang, sehat selama-lamanya....


Lagu-lagu ulang tahun, ada di sini.

Posting Komentar untuk "Ulang Tahun dan Hari Kelahiran"