Perangkat Desa Dimarahi Warga Gara-gara Surat Keterangan Usaha | Sebuah Cerita
Suatu siang, ada seorang suami yang sedang duduk-duduk di depan rumahnya. Menikmati angin yang terasa semakin gerah. Sejak pandemi melanda Indonesia, suami tidak lagi diajak kerja sebagai kuli bangunan di luar pulau.
"Lihat itu, Pak. Di tipi. Pak Jokowi ngasih bantuan ke UMKM. Gek ndang usaha kono. Ngajukan bantuan. Kan enak dapat bantuan. Kemarin saya dengar Pak Peno kidul kuburan sudah dari kantor dinas koperasi. Sudah ngajukan. Samean itu jangan cuma tidur saja. Kan lumayan bisa buat tambahan penghasilan. Jadi tidak hanya dapat beras, dapat listrik gratis, tapi bisa juga dapat uang. Biar uangnya bisa buat saya beli cincin lagi." Bu Tejo ngomel kepada suaminya.
Berbekal dari informasi dari facebook, Pak Tejo berangkat ke kantor desa. Dia sudah fotokopi KTP, cetak foto, dan cetak foto usaha. Pihak desa sudah menduga bahwa akan banyak yang meminta surat pengantar untuk membuat Surat Keterangan Usaha alias SKU dari Dinas Koperasi Kabupaten.
Selesai mengantri agak lama, karena banyak yang membuat. Pak Tejo mendapatkan surat yang dibutuhkan. Berangkatlah dia ke Dinas Koperasi. Ternyata di sana sudah banyak sekali orang.
Dari luar pagar, terdengar pengumunan dari pengeras suara, "Bapak-bapak ibuk-ibuk, yang mau ngurus Surat Keterangan Usaha silakan urus di kecamatan. Kecamatan akan menampung dan mengirimkan kepada kami. Nanti....."
Surat pengumuman tidak lagi terdengar dengan jelas. Banyak sorak sorai orang yang telah mengantri lama dengan nada kecewa. Pak Tejo yang baru datang langsung paham. Digeberlah motornya kembali ke kantor kecamatan.
Sesampai di kecamatan, ada petugas yang masih kebingungan. Apa yang harus dilakukan.
"Gimana sampean ini, Pak. Tadi saya ke kabupaten. Katanya disuruh ke sini. Di sini malah tidak dilayani."
"Sebentar, Bapak. Kami masih koordinasi. Masih tidak jelas instruksi. Mohon tunggu lima belas menit. Saya telpon ke pimpinan dulu."
"Gimana ini. Kami dilempar-lempar. Kami memang orang miskin. Tapi jangan lempar-lempar gini dong. Mentang-mentang kami orang tidak ngerti masak harus dilempar-lempar begini. Pokoknya saya antri duluan ya, Pak." Pak Tejo nggeremeng gak karu-karuan. Sementara petugas kecamatan bergegas menghadap kepada pimpinannya.
"Bapak sudah ngisi formulir?" Tanya seorang lelaki di belakang Pak Tejo. Dia mengenalkan diri sebagai Semburat, "biasanya anak-anak panggil saya Cak Rat." Begitu lelaki itu melanjutkan.
"Saya belum ngisi. Ini saya sudah punya surat pengantar dari desa." Pak Tejo menjawab.
"Lha saya belum punya surat dari desa." Setelah Cak Rat dan Pak Tejo bertukar informasi, diputuskanlah mereka kembali ke kantor desa masing-masing. Cak Rat hendak meminta surat pengantar untuk membuat surat keterangan usaha. Sementara Pak Tejo hendak meminta formulir.
Pak Tejo sampai di kantor desa. Mencari petugas yang agak longgar. Yang terlihat sedang minum kopi.Sementara petugas lain sibuk mengetik, menulis, dan mencatat. Pak Tejo bertanya kepada yang terlihat santai. Dijelaskan bahwa desa tidak punya formulir. Pak Tejo menjawab dengan agak marah. Di menjelaskan sudah antri di Dinas Kabupaten. Sudah pula dari kantor kecamatan. Ternyata formulir belum lengkap. Akhirnya mbalik lagi ke desa.
"Gimana, ini Pak? Desa kok tidak adil. Kenapa kami tidak diberi formulir. Kenapa kami tidak diberi informasi yang lengkap? Kenapa kami tidak dibantu untuk mengisi formulir? Desa kok tidak perhatian kepada warganya?"
Mendapat pertanyaan dan pernyataan yang menyakiti hati itu, Perangkat Desa yang duduk santai tidak ikut emosi. Dia justru menyeruput kopi perlahan. Kemudian bertanya dengan lembut.
"Bapak namanya siapa? Mau membuat apa?"
"Saya Tejo. Mau buat SKU."
"SKU-nya mau buat apa?"
"Jangan banyak tanya, Pak. Tolong beri tahu dengan cepat. Antriannya semakin banyak ini." Bukannya menjawab, Pak Tejo malah ngomel.
"Jawab, dulu. Tadi Anda ngomel-ngomel. Saya tanya, Bapak Jawab. Karena dalam jawaban Pak Tejo akan ditemukan jawaban atas omelan-omelan bapak tadi." Petugas desa tetap tenang menjelaskan. Sambil sekali lagi nyeruput kopi, satu sesap.
"SKU saya, buat ngajukan bantuan."
"Baik sekarang saya jelaskan, Pak. Yang sekarang bapak ajukan itu bukan bantuan UMKM yang dikatakan Pak Jokowi. Memang salah satu syaratnya adalah SKU dari Dinas. Jadi begini:
pertama bapak ngajukan SKU. Nah syaratnya SKU yang ada di situ. Foto KTP formulir dan sebagainya.
Kedua setelah dapat SKU berarti usaha bapak terdaftar di Dinas Koperasi.
Ketiga yang berhak mengajukan siapa yang dapat dan siapa yang tidak adalah Dinas Koperasi. Karena nama bapak sudah ada di dinas. Nanti dinas yang nentukan pengajuannya."
"Jadi, belum tentu dapat bantuan?"
"Ya, belum tentu, Pak. Tergantung dinas."
"Jadi, tidak sama denga bantuan dari desa dan dari POS itu?"
"Bapak sudah dapat bantuan beras bulanan yang dari Bank?"
"Sudah, dapat. Kalau itu kan pasti. Saya urusi KTP dan KK srahkan. DApat kartu. Dapat beras."
"Nah, itu sudah dapat bantuan. Kalau yang pasti seperti itu, pasti desa memberitahukan. Kalau sifatnya masih pengajuan dan kriterianya tidak spesifik desa takut, Pak. Nanti kalau desa yang mengajukan syaratnya ini dan itu. Pas ternyata sampean tidak dapat. Kan repot. Dipaido kadesnya, kasunnya, dan pemerintah desanya."
"Oh... jadi gitu." Ya sudah tanggung. Siapa tahu dapat. Seandainya tak dapat pun, yang penting usaha." Pak Tejo merendahkan suaranya.
"Monggo, Pak... saya ngopi dulu. Silakan antri di sana. Kalo formulir, bisa beli ke fotokopian."
***
Sementara itu, di kantor desa yang lain. Cak Rat bertemu langsung dengan Kepala Desanya. Dia termasuk orang yang disegani di desanya. Begitu masuk ke ruang kepala Desa. Cakrat ditanya butuh surat apa. Dia menjawab, butuh surat keterangan Usaha.
Pak Kades memanggil stafnya untuk membuatkan surat yang diminta Cak Rat. Staf desa meminta data diri Cak Rat. Kemudian menanyakan apa usaha yang dimiliki. Dengan mantap Cak Rat menjawab, "Usaha saya menjadi orang yang lebih baik."
Mendengar jawaban Cak Rat, Kades dan Stafnya tertawa terbahak-bahak. Sementara Cak Rat tidak ikut tertawa. Begitu tawa keduanya sudah reda, Cak Rat melanjutkan ucapannya, "Saya serius!" dengan nada yang datar.
_____
Disclaimer:
Cerita Fiksi dari Imajinasi dan Perasaan Hati.
Posting Komentar untuk "Perangkat Desa Dimarahi Warga Gara-gara Surat Keterangan Usaha | Sebuah Cerita"