Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Janda Bolong dan Monkey Business

 Siapa yang tidak lagi demam Janda yang Bolong? Ya, janda bolong adalah nama sebutan untuk tanaman hias berdaun yang berlubang-lubang. Nama ilmiahnya adalah Monstera Adansoni Variegata. Tanaman hias yang mudah dibudidayakan, menjadi viral karena harganya melambung tinggi.


Tanaman hias memang kembali menggeliat sejak adanya pandemi covid-19. Banyak orang yang memeilih aktivitas di rumah daripada bepergian. Dan dalam mengisi waktu di rumah saja tersebut kebanyakan orang akan memilih berkebun tanaman hias dan bunga-bunga. Mengingat tidak luasnya halaman rumah, biasanya tenaman yang dibudidayakan adalah tanaman hias yang ada di dalam pot. 


Janda Bolong yang Baru Disiram



Tidak sedikit orang-orang yang ikut berkebun bunga di halaman dan di beranda rumah. Janda bolong alias Monstera Variegata menjadi salah satu yang 'viral'. Baik di dunia maya, maupun di sekitar rumah saya.


Ada lebih dari satu orang yang saya kenal, yang membudidayakan Janda Bolong. Pertama adalah mertua, kedua adalah keponakan --anak sepupu, yang juga seorang bidan, Bidan Alifia. Memang bukan hanya Janda Bolong yang mereka tanam. Ada banyak jenis tanaman hias lain. Bidan Alif yang awalnya tidak ada tanaman hias di rumahnya, menjadi punya. Dalam pot. Karena halaman rumahnya tidak ada tamannya, dia menanam tanaman hias Janda Bolong dan lain-lainya dalam pot, di teras rumahnya.


Mertua punya halaman. Jadi, menanam tanaman hiasnya di halaman. Dibentuk yang menrik. Rak yang menarik pula. Juga menanam Janda Bolong dalam pot, diletakkan di teras rumah. 


Sudah lama mertua dan Bidan Alif menanam Janda Bolong. Berbulan-bulan lalu. Saya menjadi tertarik mencari informasi mengenai tanaman hias Janda Bolong karena membaca status WA anak sepupu namanya Mamat --adik Bidan Alif. Dia menulis status WA "Janda Bolong dengan mokey bisnis. Jika terjadi akan seperti antorium dan iwak louhan. Pada dasarnya tumbuhan bisa dikembangkan jika nanti jumlahnya sudah banyak otomatis harga akan turun"


Tentu status WA dari Mamat ini mengingatkan pada sempat viralnya ikan Louhan dan tanaman hias anthurium alias Gelombang Cinta. Yang menjadi sangat mirip dengan Janda Bolong adalah Anthurium alias Gelombang Cinta. Minamal ada dua kesamaan, sama-sama punya nama alias yang fenomenal. 


Tentu saya ingat apa yang dimaksud dengan Monkey Business yang ditulis oleh Mamat. Pernah baca ketika boomingnya anthurium dulu. Sekarang, fenomena tanaman hias Janda Bolong juga mengarah ke situ. 


Karena penasaran dengan harga Janda Bolong, saya cari pada mesin google pencari dengan kata kunci 'janda bolong'. Artikel yang keluar pertama adalah berita tentang harga janda bolong yang fantastis. 

1. [POPULER MONEY] Pemicu Meroketnya Harga Janda Bolong | Cara Mengecek Dapat Subsidi Gaji atau Tidak (https://money.kompas.com/read/2020/09/28/054000026/-populer-money-pemicu-meroketnya-harga-janda-bolong-cara-mengecek-dapat?page=all)

2. Harumnya Bisnis Tanaman Hias yang Bukan Cuma Janda Bolong (https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5190546/harumnya-bisnis-tanaman-hias-yang-bukan-cuma-janda-bolong/2)

3. Harga Janda Bolong Meroket, Pakar Unpad Angkat Bicara... (https://lifestyle.kompas.com/read/2020/09/28/081633020/harga-janda-bolong-meroket-pakar-unpad-angkat-bicara?page=all)


Juga masih banyak berita-berita lain tentang Janda Bolong. Semuanya menjelaskan tentang harga jual Janda Bolong yang sangat tinggi.


Janda Bolong dan Monkey Business


Sebenarnya apa sih Monkey Business itu? Secara harfiah, dapat diterjemahkan bisnis monyet. Ini adalah istilah, yang sebenarnya tidak dapat diterjemahkan mentah-mentah. Sama halnya dengan harga jual ikan Lauhan, Tanaman Hias Anthurium, dan sekarang tanaman hias Janda Bolong. Monyet pada dasarnya adalah sebagai perumpamaan.


Dahulu, monyet itu hidup liar. Diburu untuk dibunuh karena menjadi hama, merusak tanaman warga. Maka diburulah monyet-monyet itu. Agar lebih masif, maka dihargailah monyet-monyet hasil buruan itu oleh pemilik modal.


Diburu hidup-hidup. Dibeli oleh pemilik modal. Harga semakin tinggi ketika monyet sudah mulai habis di alam liar. Sementara pemilik modal sudah punya banyak monyet. Maka, ketika harga monyet di masyarakat sudah semakin tinggi bahkan tinggi sekali, saat itulah monyet milik pemilik modal itu mulai dikelaurkan. Dijual kepada warga yang keranjingan tingginya harga monyet. Ketika dia sendiri sudah mulai menjual monyet yang dulu diburu dengan harga yang sangat tinggi, dia tidak lagi mau membeli monyet. Dia sudah mendapat laba banyak.


Ketika sudah ada di titik jenuh, monyet para pemilik modal sudah habis, monyet mulai dibiakkan oleh bnayak orang. Stok monyet sudah melimpah, sementara tidak ada lagi yang mau beli. Otomatis harga jual monyet juga akan turun. 


Lalu, hubungannya dengan Janda Bolong apa? Mungkin tidak sama persis dengan ilustrasi monyet. Tapi mirip. Harga Janda Bolong yang mencapai puluhan bahkan ratusan juga per batang, bisa jadi adalah 'permainan' semata. 


Lalu bagaimana?


Jangan asal ikut-ikutan. Selama dalam batas harga yang terjangkau, mengapa tidak? Toh berkebun adalah salah satu cara mengisi waktu luang yang positif. 


Dengan adanya tanaman di halaman dan teras rumah, tentu udara jadi segar. Oksigen yang tersedia jadi melimpah. 


Boleh beli janda bolong? Tentu sangat boleh. Apalagi kalau belinya kepada mertua saya. Dijamin harganya masih wajar. Gak perlu puluhan juta apalagi ratusan juta. Kualitasnya tentu sama baiknya.

2 komentar untuk "Janda Bolong dan Monkey Business"