Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Anakku yang Penuh Doa Orang Banyak

Nak, jika kau besar nanti. Ingin kuberi tahu, kau adalah anak dari banyak orang. Karena sudah lama kami menunggumu.

Bapak ibumu menikah sudah cukup umur. Di atas 25 tahun bapakmu menikah, ingin segera memiliki momongan. Tapi apa daya. Ibumu belum juga hamil. Sudah tiga kali puasa tiga kali lebaran, kau tak kunjung hadir.

Bapakmu ini ingat betul, betapa ibumu selalu meneteskan air mata ketika mendapat serangan pertanyaan tentang ketidak-hamilannya. Seolah-olah ibumu yang sengaja menunda kehadiranmu di dunia ini. Bahkan ada pula pertanyaan yang menyudutkan, bahwa Mbah-mbahmu, kakek-nenekmu baik orang tua bapakmu ini maupun orang tua ibumu, sudah ingin sekali menimang cucu.

Mereka memang tidak tahu, betapa berusahanya kami. Untungnya, Kedua kakek nenekmu paham, apa yang terjadi.

Setiap bertemu orang, bertemu saudara, bertemu teman, bertemu bapak ibunya teman yang bertanya 'belum punya anak?' langsung kami jawab: "Pangestune nggih, mugi enggal.".Kemudian ditimpali, 'yo, mandar ndang nduwe momongan.'. Lha didoakan. Tidak hanya satu orang. Banyak orang.

Bahkan ada yang khusus memberikan hafalan doa, yang harus bapak ibumu rapalkan bersama. Ada doa dari guru sekolah ibumu. Kami, bapak ibumu, disuruh puasa. Ibumu puasa. Bapakmu juga puasa. Kadang-kadang. Juga harus baca ini, baca itu. Banyak. Kami lakukan. Sepenuh hati.

Ada lagi, doa khusus. Dari salah satu Gus. Bapakmu disuruh menulis sebuah lafal. Yang sangat banyak. Tapi dilakukan juga oleh bapakmu. Sekian baris. Berulang. Lafal yang sama. Dengan niatan segera diberi kepercayaan oleh Tuhan, untuk bisa memilikimu.

Ada juga doa dari salah satu ning, yang disimpang khusus dalam zamzam. Yang zamzamnya sengaja dikalungkan di badan, ikut bertawaf. Mengitari poros semesta umat islam. Setelah tawaf, terbang, naik bagasi. Khusus diniatkan, diberikan kepada ibumu. Dengan harapan bisa segera hamil dirimu. Diminum, dengan penuh penghayatan dan permohonan kepada Tuhan.

Ada juga, doa yang sangat berkesan. Dari nenekmu, dari jalur bapakmu. Beliau mengelus kepala kami berdua. Saat sungkeman, lebaran 1439 H. Setahun yang lalu. Sambil mengelus kepala ibumu, nenekmu itu berdoa, "mandar ndang nduwe anak."

Belum lagi doa-doa banyak orang, banyak saudara, banyak kenalan, bakul obat herbal, bakul obat alternatif penambah kesuburan, mbah-mbah tukang pijet. Pokoknya semuanya....

Nak, kamu itu dilahirkan dengan iringan doa dari orang banyak.


Posting Komentar untuk "Anakku yang Penuh Doa Orang Banyak"