Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ini Untukmu Istriku

Teruntuk istri tercinta di setahun pernikahan kita.

Istriku

Pertama aku ingin mengucapkan terima kasih. Bukan untuk kejutan yang kau buat kemarin. Bukan hanya untuk masakan sederhana tapi sangat spesial kemarin siang dan kemarin sore. Bukan hanya untuk karya doodle yang menggantung di dinding kamar kita. Itu spesial, memang. Itu membuatku terkejut, maka disebut kejutan.

Tapi yang ingin sekali kuucapkan terima kasih adalah selama lebih dari 365 hari yang telah kau berikan kepadaku. Menemaniku dalam setiap kesempatan.

Setiap detik yang berlalu, setiap hembusan nafas yang menyatu, setiap emosi yang beradu, setiap senyum dan tetesan air mata yang saling mengganti. Terima kasih atas itu. Terima kasih yang tak terkira.

Termasuk ucapan terima kasih yang pertama ini adalah karena engkau sudi menemaniku, di sudut kampungku yang jauh di pelosok ini. Di gubuk yang tak bisa kubangun sendiri. Hanya sudut kecil yang mampu kukuasai untuk bebas kau kreasikan.

Juga untuk setiap kerelaannmu menjadi anak (bukan sekadar menantu) bagi kedua orang tuaku, yang harus dilayani lebih dan dibantu lebih dari kebanyakan orang tua lain. (Nulis iki dadi pingin nangis.hehehe).

Mungkin hanya sesekali kau bisa memasak untukku, tapi setiap masakanmu adalah masakan yang spesial. Maka, laparku juga spesial. SAking spesialnya, lapar yang kubawa dari tempat kerja kubawa ke rumah, untuk menikmati lapar bersama.

Terima kasih yang kedua adalah adalah terima kasih telah memaafkan. Tak terhingga kali kubuat salah. Atas diriku, atas dirimu. Kalau kau tak sudi memaafkan, mungkin sudah berantakan. Tak mudah pasti maaf darimu untukku jika mengingat kesalahanku di sela 365 hari yang telah kita lewati bersama. Atas itulah, aku juga sudi memaafkan diriku sendiri, ketika kamu mungkin salah.

Terima kasih, telah menjadi tante (meskipun aku lebih suka dipanggil Pak Lik, dan Kau dipanggil Bu Lik) untuk keponakan-keponakanku. Baik si kembar nova-novi, Salsa, Sabita, Syaqila, dan keponakan lelaki satu-satunya yang masih sekadar bisa mengatakan bebek babuk. bebek e babuk.

Terima kasih, atas marahmu padaku. Setiap saat aku salah. Setiap saat aku bermalas. Setiap saat kau entahlah. aku memang sering salah. "Salah maneehhh...." hehehe.

Terimakasih, telah menjadi istriku. Yang sudi menemaniku dalam setiap kekuranganku.

Melalui tulisan ini, aku minta izin kepadamu wahai istriku.

Berterima kasih atas kejutan kemarin secara lebih detail.

Kejutaan dari Istri


Kemarin kau tak pamit kepadaku bahwa kau hendak pergi ke Ambulu. Bahkan sampai ke Andongsari, jauh ke selatan. Kemarin kau juga tidak pamit jika mampir ke pasar Ambulu. Kau memang sudah sejak lama ingin masak kembang kol (kau menyebutnya brokoli awalnya).

Tapi aku juga tak berpikir hendak marah. Entah kenapa. Aku juga bisa pulang tepat waktu. Entah kenapa. Lapar pun ku tunda, entah kenapa.

Begitu selasai makan bersama, dengan sayur dan lauk spesial yang kau masak sendiri. Aku jadi lahap. Makan banyak. Senyummu tersungging kala itu (cieee). Terima kasih.

Kejutannya tidak selesai pada masakan. Begitu masuk kamar, ada karya doodle dari teman dan sahabatmu, Ana Wijayanti, ucapan selamat ulang tahun pernikahan. Aku jadi berterima kasih lagi. Entah kau dapat uang dari mana untuk itu semua. Karena, aku tak bisa memberikan uang lebih kepadamu. Kali ini aku minta maaf ya... :). Aku merasa aku belum bisa membahagiakanmu.

Maaf untuk Istriku

Maaf untuk istriku, karena aku pernah menduakanmu.
Maaf untuk istriku, karena aku belum cukup menafkahimu.
Maaf untuk istriku, karena engkau masih harus bekerja keras membantuku.

Aku masih menduakanmu, bahkan menigakanmu, bahkan mengempatkanmu. Dengan segala kesibukanku. Dengan segala pekerjaan yang kadang tidak jelas juntrunganya.

Aku menduakanmu dengan blog-blogku (bahkan blogku pun banyak). Maafkandaku, istriku. Tapi yakinlah, menduaku itu juga untukmu.

Aku masih belum cukup menafkahim, mungkin tak semakmur negeri tetangga. Di saat seperti itu, kau selalu menghiburku dengan peribahas: "rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau". Dasar anak sastra, terima kasih atas itu. Maaf atas itu.

Engkau harus bekerja keras, kadang dari pagi hingg senja menjelang. Kadang berangkat subuh buta sebelum mentari menyapa. Engkau berangkat berkarya, karena aku masih belum bisa maksimal menafkahimu. Maafkan aku istriku....

MAAF TERBESARKU

Maaf terbesarku untukmu di 365 hari pernikahan kita, aku tidak bisa menghadirkan hal yang spesial untukmu. Padahal engkau sudah berjuang keras untuk mengejutkanku. Aku hanya bisa menulis ini. Tulisan murahan dari seorang suami, tetap penuh keikhlasan untuk seorang istri.

Sudilah memabaca, dan maafkanlah aku ya....

Posting Komentar untuk "Ini Untukmu Istriku"